BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Semua sel dan
jaringan tubuh mausia terendam dalam cairan yang komposisinya mirip dengan air
laut, yang mencerminkan awal evolusi manusia. Agar fungsi sel berlangsung
normal komposisi cairan harus relatif konstan. Komposisi cairan tersebut
terdiri dari air dan zat terlarut baik yang termasuk elektrolit ataupun yang
non elektrolit dimana keduanya saling berhubungan dan saling menyeimbangkan.
Cairan
dalam tubuh manusia terbagi manjadi cairan intraselular dan ekstraselular, dan
cairan ekstraselular dibagi menjadi cairan interstisial dan intravaskular.
Semua pembagian ini pada prinsipnya saling menyeimbangkan. Jika tubuh melewati
batas kompensasinya maka diperlukan sejumlah besar cairan intravena untuk
mengkoreksi kekurangan cairan. Jika kompensasi ini tidak terjadi atau tidak
adanya penanganan yang adekuat maka akan berdampak perfusi ke jaringan akan
terganggu bahkan akan mengakibatkan kematian jaringan.
2.1 Molaritas, Molalitas, dan Ekuivalen
Satu mol menyatakan
berat molekul yang dinyatakan dalam gram. Satu milimol 1/1000 dari 1 mol, atau
beratnya dinyatakan dalam miligram. Molaritas adalah jumlah mol dari zat
terlarut perliter larutan. Molalitas menyatakan mol dari zat terlarut per
kilogram pelarut. Ekuivalensi biasanya digunakan pada zat yang mengandung ion.
Jumlah ekuivalen dari sebuah ion dalam larutan adalah jumlah mol dikalikan
dengan muatannya (valensi).6,9
2.2 Osmolaritas, Osmolalitas, dan Tonisitas
Osmosis adalah proses pergerakan dari
air yang melewati membran semipermeabel yang disebabakan oleh perbedaan
konsentrasi. Proses pergerakan air ini dari yang konsentrasi rendah ke
konsentrasi tinggi. Tekanan osmotik adalah daya dorong air yang dihasilkan oleh
partikel-partikel zat terlarut didalamnya. Tekanan osmotik tergantung dari
jumlah zat yang tak terlarut didalamnya. Satu osmol sama dengan satu mol pada
zat yang tidak dapat dipisahkan. Perbedaan 1 mili osmol per liter antara dua
larutan menghasilkan tekanan osmotik sebesar 19,3 mmHg. Osmolaritas dari
larutan adalah sama dengan jumlah osmol perliter larutan, dimana osmolalitas sama dengan jumlah osmol
per kilogram pelarut.Tonisitas adalah istilah yang sering dipertukarkan dengan
osmolaritas dan osmolalitas. Sebenarnya, tonisitas menggambarkan efek dari
larutan terhadap volume sel. Larutan isotonik tidak mempunyai efek terhadap
volume sel, sedangkan larutan hipotonik dan hipertonik akan meningkatkan dan
menurunkan volume sel.6,9
2.3
Distribusi cairan tubuh
Komponen terbesar tunggal dari tubuh adalah air. Air
bersifat pelarut bagi semua yang terlarut. Air tubuh total atau total body
water (TBW) adalah persentase dari berat air dibandingkan dengan berat
badan total, bervariasi menurut kelamin, umur, dan kandungan lemak tubuh. Air
membentuk sekitar 60% dari berat seorang pria dan sekitar 50% dari berat badan
wanita.1 Berikut ini adalah tabel persentase air (TBW) berdasarkan umur;
intravaskular (IVF)
sebesar 5% dari TBW dan cairan interstisial (ISF) sebesar 15%. Sebesar
1-2% tergolong kedalam cairan transeluler seperti cairan serebrospinal,
intraokular dan sekresi saluran cerna dan kesemua bagian ini memiliki komposisi
elektrolit masing-masing.6,9
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari
elektrolit dan non elektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak
terlarut dan tidak bermuatan lisrtrik yang terdiri dari protein, urea, glukosa,
oksigen, kardondioksida dan asam-asam organik. Garam yang terurai didalam air
menjadi satu atau lebih partikel-partikel bermuatan disebut ion atau
elektrolit. Elektrolit tubuh terdiri dari natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+), magnesium
(Mg2+),
klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-) dan sulfat (SO42-). Ion yang bermuatan posisitf disebut kation dan yang
bermuatan negatif disebut anion9.
Dibawah
ini adalah tabel komposisi elektrolit yang mengisi masing-masing kompartemen.
2.4
Cairan intraselular
Membran sel bagian luar memegang peranan penting dalam
mengatur volume dan komposisi intraselular. Pompa membran-bound
ATP-dependent akan mempertukarkan Na dengan K dengan perbandingan 3:2. Oleh
karena membran sel relativ tidak permeable tehadap ion Na dan ion K, oleh
karenanya potasium akan dikonsentrasikan di dalam sel sedangkan ion sodium akan
dikonsentrasiksn di ekstra sel. Potasium adalah kation utama ICF dan anion
utamanya adalah fosfat. Akibatnya, potasium menjadi faktor dominant yang
menentukan tekanan osmotik intraselular, sedangkan sodium merupakan faktor
terpenting yang menentukan tekanan osmotik ekstraselular.6,9
Impermeabilitas membran sel terhadap protein
menyebabkan konsentrasi protein intraselular yang tinggi. Oleh karena protein
merupakan zat terlarut yang nondifusif (anion),rasio pertukaran yang tidak sama
dari 3 Na+ dengan 2 K+ oleh pompa membran sel adalah hal yang penting untuk
pencegahan hiperosmolaritas intraselular relativ. Gangguan pada aktivitas pompa
Na-K-ATPase seperti yang terjadi pada keadaan iskemi akan menyebabkan
pembengkakan sel.6
2.5
Cairan ekstraselular
Fungsi dasar
dari cairan ekstraselular adalah menyediakan nutrisi bagi sel dan memindahkan
hasil metabolismenya. Keseimbangan antara volume ektrasel yang normal terutama
komponen sirkulasi (volume intravaskular)adalah hal yang sangat penting. Oleh
sebab itu secara kuantitatif sodium merupakan kation ekstraselular terpenting
dan merupakan faktor utama dalam menentukan tekanan osmotik dan volume
sedangkan anion utamanya adalah klorida (Cl-),
bikarbonat (HCO3-). Perubahan dalam volume cairan
ekstraselular berhubungan dengan perubahan jumlah total sodium dalam tubuh. Hal
ini tergantung dari sodium yang masuk, ekskeri sodium renal dan hilangnya
sodium ekstra renal.6,9
2.6 Cairan interstisial (ISF)
Normalnya sebagian kecil cairan interstisial dalam bentuk cairan
bebas. Sebagian besar air interstisial secara kimia berhubungan dengan
proteoglikan ekstraselular membentuk gel. Pada umumnya tekanan cairan
interstisial adalah negatif ( kira-kira -5 mmHg). Bila terjadi peningkatan
volume cairan iterstisial maka tekanan interstisial juga akan meningkat dan
kadang-kadang menjadi positif. Pada saat hal ini terjadi, cairan bebas dalam
gel akan meningkat secara cepat dan secara klinis akan menimbulkan edema. Hanya
sebagian kecil dari plasma protein yang dapat melewati celah kapiler, oleh
karena itu kadar protein dalam cairan interstisial relatif rendah (2 g/Dl).
Protein yang memasuki ruang interstisial akan dikembalikan kedalam sistim
vaskular melalui sistim limfatik.6,9
2.7 Cairan intravaskular (IVF)
Cairan intravaskular terbentuk sebagai plasma yang dipertahankan
dalam ruangan intravaskular oleh endotel vaskular. Sebagian besar elektrolit
dapat dengan bebas keluar masuk melalui plasma dan interstisial yang
menyebabkan komposisi elektrolit keduanya yang tidak jauh berbeda. Bagaimanapun
juga, ikatan antar sel endotel yang kuat akan mencegah keluarnya protein dari
ruang intravaskular. Akibatnya plasma protein (terutama albumin) merupakan
satu-satunya zat terlarut secara osmotik aktif dalam pertukaran cairan antara
plasma dan cairan interstisial. Peningkatan volume ekstraselular normalnya juga
merefleksikan volume intravaskular dan interstisial. Bila tekanan interstisial
berubah menjadi positif maka akan diikuti dengan peningkatan cairan ekstrasel
yang akan menghasilkan ekspansi hanya pada kompartemen cairan interstisial.
Pada keadaan ini kompartemen interstisial akan berperan sebagai reservoir dari
kompartemen intravaskular. Hal ini dapat dilihat secara klinis sebagai edema
jaringan.6
Koloid
disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut “plasma
substitute” atau “plasma expander”. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan
yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan
cairan ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang
intravaskuler. Seperti disebutkan sebelumnya, koloid adalah molekul besar yang
tidak melintasi hambatan diffusional secara mudah seperti kristaloid. Cairan
koloid dimasukkan ke dalam ruang
Universitas Sumatera Utara
vaskuler.
Olehkarena itu koloid memiliki kecendrungan yang lebih besar untuk tetap
bertahan dan meningkatkan volume plasma dibandingkan dengan cairan kristaloid.6
2.8
Perpindahan cairan antar kompartemen
Cairan tubuh dan zat terlarut
didalamnya berada dalam mobilitas yang konstan. Pertama cairan akan dibawa
melalui pembuluh darah, dimana mereka bagian dari IVF. Kemudian secara cepat
cairan dari IVF akan saling bertukar dengan ISF melalui membran kapiler yang
semipermeabel dan akhirnya ISF akan bertukar dengan ICF melalui membran sel
yang permeable selektif. Difusi adalah gerakan acak dari molekul yang disebakan
energi kinetik yang dimilikinya dan bertanggung jawab terhadap sebagian besar
pertukaran cairan dan zat terlarutnya antara kompartemen satu dengan yang lain.
Kecepatan difusi suatu zat melewati sebuah membran tergantung pada (1)
permeabilitas zat terhadap membran, (2) perbedaan konsentrasi antar dua sisi,
(3) perbedaan tekanan antara masing-masing sisi karena tekanan akan memberikan
energi kinetik yang lebih besar, dan (4) potensial listrik yang menyeberangi
membran akan memberi muatan pada zat tersebut.6,14
Difusi antara cairan interstisial
dan cairan intraselular dapat terjadi melalui beberapa mekanisme: (1)secara
langsung melewati lapisan lemak bilayer pada membran sel, (2) melewati protein chanel
dalam membran, (3) melalui ikatan dengan protein carier yang reversible
yang dapat melewati membran (difusi yang difasilitasi). Molekul-molekul
yang larut seperti oksigen, CO2, air, dan lemak akan menembus membran sel
secara langsung. Kation-kation seperti Na+, K+,dan Ca2+ sangat sedikit sekali yang dapat
menembus membran oleh karena tegangan potensial transmembran sel ( dengan
bagian luar yang positif) yang diciptakan oleh pompa Na+-K+. Dengan
demikian kation-kation ini dapat berdifusi hanya melalui chanel protein
yang spesifik. Pada akhirnya ion-ion ini akan berpindah dan saling menetralkan.
Misalnya jika diluar sel terjadi muatan positif yang terlalu besar maka tubuh
akan mengkompensasinyua dengan mengeluarkan muatan negatif dari intraselular
begitu juga sebaliknya. Glukosa dan asam amino berdifusi dengan bantuan ikatan
membran-protein karier.6,14
Pertukaran cairan antara ruangan
interstisial dan intraselular dibangun oleh daya osmotik yang diciptakan oleh
perbedaan konsentrasi zat terlarut nondifusif. Perpindahan air dari kompartemen
yang hipoosmolar menuju kompartemen yang hiperosmolar. Dinding kapiler
mempunyai ketebalan 0,5μm, terdiri dari satu lapis sel endotel dengan dasar
Universitas Sumatera Utara
membran. Celah
interseluler mempunyai jarak 6-7 nm, memisahkan masing-masing sel dari sel
didekatnya. Hanya substansi dengan berat molekul rendah yang larut dalam air
seperti sodium, klorida, potasium, dan glukosa yang dapat melewati celah
intersel. Substansi dengan molekul yang besar seperti plasma protein sangat
sulit untuk menembus celah endotel (kecuali pada hati dan paru-paru dimana
terdapat celah yang lebih besar).6,15
Pertukaran cairan melewati
kapiler berbeda dengan melewati membran sel. Hal ini terjadi mengikuti hukum
starling pada kapiler, yang menyatakan bahwa kecepatan dan arah pertukaran
cairan diantara kapiler dan ISF, ditentukan oleh tekanan hidrostatik dan
tekanan osmotik koloid (ditentukan oleh albumin). Pada ujung arteri dari
kapiler, tekanan hidrostatik dari darah (mendorong cairan keluar) melebihi
tekanan osmotik koloid (menahan cairan tetap didalam) sehingga mengakibatkan
perpindahan dari bagian intravaskular ke interstisial. Pada ujung vena dari
kapiler, cairan berpindah dari ruang interstisial ke ruang intravaskular karena
tekanan osmotik koloid melebihi tekanan hidrostatik. Normalnya10% dari cairan
yang difiltrasi akan direabsorbsi kembali kedalam kapiler. Cairan yang tidak
direabsorbsi (kira-kira 2ml/mnt) akan memasuki cairan interstisial dan
dikembalikan melalui aliran limfatik menuju kompartemen intravaskular kembali.6,9
2.9
Pengaturan faal dari cairan dan elektrolit
Intake cairan yang normal dari
seorang dewasa rata-rata sebanyak 2500ml, dimana kira-kira 300 ml merupakan
hasil dari metabolisme substrat untuk menghasilkan energi.. Kehilangan air
harian rata-rata mencapai 2500 ml dan secara kasar diperkirakan 1500 hilang
melalui urin, 400 ml melalui pengauapn di saluran napas, 400 ml melalui
pengaupan di kulit, 100 ml melalui keringat, dan 100 ml melalui feses.
Osmolalitas ECF dan ICF keduanya diregulasi hampir sama dalam pengaturan
keseimbangan cairan yang normal dalam jaringan. Perubahan dalam komposisi
cairan dan volume sel akan menyebabkan timbulnya kerusakan fungsi yang serius
terutama pada otak. Nilai normal dari osmolalitas bervariasi antara 280 sampai
290 mosm/kg.6
Rumus
menghitung osmolalitas plasma;
Plasma
osmolalitas (mosm/kg) =[Na+] x 2 + BUN + Glukosa
2,8
18
Universitas Sumatera Utara
Dalam
keadaan fisiologis plasma osmolaliti hanya dipengaruhi oleh natrium sementara
jika dalam keadaan patologis urea dan glukosa turut menentukan osmolalitas
plasma. Hal ini misalnya terlihat pada; ditemukan penunrunan natrium tiap 1
mEq/L terhadap peningkatan glukosa tiap 62mg/dl. Pengaturan keseimbangan cairan
dilakukan melalui mekanisme fisiologis yang kompleks. Yang banyak berperan
adalah ginjal, sistem kardiovaskuler, kelenjar hipofisis, kelenjar paratiroid,
kelenjar adrenal dan paru-paru. TBW dan konsentrasi elektrolit sangat
ditentukan oleh apa yang disimpan di ginjal.6
2.10
Respon hemodinamik terhadap kekurangan volume cairan
Respon tubuh terhadap dehidrasi
dan perdarahan adalah respon tubuh terhadap hipovolemia.Jika kondisi ini tidak
ditangani dengan baik maka akan timbul syok. Syok adalah suatu kondisi dimana
ketidak normalan sistem pembuluh darah sehingga menyebabkan perfusi organ dan
oksigenasi jaringan yang tidak adekuat yang berdampak kepada kematian sel dan
jaringan. Dehidrasi dan perdarahan akan menyebabkan berkurangnya curah jantung
atau cardic out put (CO). Penurunan curah jantung akan menyebabkan
penurunan tekanan darah sekaligus mean arterial pressure (MAP) dimana
MAP: CO X Total Peripheral Resistente (TPR). Respon dini yaitu vasokonstriksi
pembuluh darah kulit, otot dan sirkulasi viseral dengan tujuan untuk menjamin
sirkulasi ke ginjal, jantung dan otak. Hampir selalu bahwa takikardia segagai
gejala awal syok. Karena terjadi kehilangan darah, maka timbul usaha tubuh
untuk mengkompensasinya, sama seperti dehidrasi. Tubuh berusaha meningkatkan
denyut jantungnya sebagai usaha untuk meningkatkan cardiac output.
Pelepasan katekolamin endogen akan meningkatkan tahan pembuluh darah sehingga
akan meningkatkan tekanan darah diastolik dan akan mengurangi tekanan nadi.6
Respon simpatik ini berupa
vasokonstriksi perifer, peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung dimana
semuanya bertujuan untuk mengembalikan curah jantung dan perfusi jaringan yang
normal sehingga mencegah terjadinya syok. Pengurangan volume cairan serta
vasokonstriksi menyebabkan perfusi ke ginjal terganggu sehingga merangsang
mekanisme renin-angiotensin-aldosteron. Angiotensin II merangsang vasokonstriksi
sisitemik dan aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium (dan air) oleh ginjal.
Perubahan-perubahan ini meningkatkan curah jantung dengan memulihkan volume
sirkulasi efektif dan tekanan darah. Jika kekurangan cairan tidak banyak
(500ml), aktivitas simpatik umumnya memadai untuk memulihkan curah jantung.
Jika terjadi hipovolemia yang lebih berat (1000ml atau
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Semua sel dan
jaringan tubuh mausia terendam dalam cairan yang komposisinya mirip dengan air
laut, yang mencerminkan awal evolusi manusia. Agar fungsi sel berlangsung
normal komposisi cairan harus relatif konstan. Komposisi cairan tersebut
terdiri dari air dan zat terlarut baik yang termasuk elektrolit ataupun yang
non elektrolit dimana keduanya saling berhubungan dan saling menyeimbangkan.
Cairan
dalam tubuh manusia terbagi manjadi cairan intraselular dan ekstraselular, dan
cairan ekstraselular dibagi menjadi cairan interstisial dan intravaskular.
Semua pembagian ini pada prinsipnya saling menyeimbangkan. Jika tubuh melewati
batas kompensasinya maka diperlukan sejumlah besar cairan intravena untuk
mengkoreksi kekurangan cairan. Jika kompensasi ini tidak terjadi atau tidak
adanya penanganan yang adekuat maka akan berdampak perfusi ke jaringan akan
terganggu bahkan akan mengakibatkan kematian jaringan.
2.1 Molaritas, Molalitas, dan Ekuivalen
Satu mol menyatakan
berat molekul yang dinyatakan dalam gram. Satu milimol 1/1000 dari 1 mol, atau
beratnya dinyatakan dalam miligram. Molaritas adalah jumlah mol dari zat
terlarut perliter larutan. Molalitas menyatakan mol dari zat terlarut per
kilogram pelarut. Ekuivalensi biasanya digunakan pada zat yang mengandung ion.
Jumlah ekuivalen dari sebuah ion dalam larutan adalah jumlah mol dikalikan
dengan muatannya (valensi).6,9
2.2 Osmolaritas, Osmolalitas, dan Tonisitas
Osmosis adalah proses
pergerakan dari air yang melewati membran semipermeabel yang disebabakan oleh
perbedaan konsentrasi. Proses pergerakan air ini dari yang konsentrasi rendah
ke konsentrasi tinggi. Tekanan osmotik adalah daya dorong air yang dihasilkan
oleh partikel-partikel zat terlarut didalamnya. Tekanan osmotik tergantung dari
jumlah zat yang tak terlarut didalamnya. Satu osmol sama dengan satu mol pada
zat yang tidak dapat dipisahkan. Perbedaan 1 mili osmol per liter antara dua
larutan menghasilkan tekanan osmotik sebesar 19,3 mmHg. Osmolaritas dari
larutan adalah sama dengan jumlah osmol per
Universitas Sumatera Utara
liter larutan, dimana osmolalitas
sama dengan jumlah osmol per kilogram pelarut.Tonisitas adalah istilah yang
sering dipertukarkan dengan osmolaritas dan osmolalitas. Sebenarnya, tonisitas
menggambarkan efek dari larutan terhadap volume sel. Larutan isotonik tidak
mempunyai efek terhadap volume sel, sedangkan larutan hipotonik dan hipertonik
akan meningkatkan dan menurunkan volume sel.6,9
2.3
Distribusi cairan tubuh
Komponen
terbesar tunggal dari tubuh adalah air. Air bersifat pelarut bagi semua yang
terlarut. Air tubuh total atau total body water (TBW) adalah persentase
dari berat air dibandingkan dengan berat badan total, bervariasi menurut
kelamin, umur, dan kandungan lemak tubuh. Air membentuk sekitar 60% dari berat
seorang pria dan sekitar 50% dari berat badan wanita.1 Berikut ini
adalah tabel persentase air (TBW) berdasarkan umur;
lebih), maka vasokonstriksi
simpatik dan yang diperantarai oleh angiotensi II juga meningkat. Terjadi
penahanan aliran darah menuju ginjal, saluran cerna, otot, dan kulit. Sedangkan
aliran yang menuju koroner dan otak relatif dipertahankan.7,9
Terapi cairan intravena terdiri
dari cairan kristaloid, koloid, atau suatu kombinasi kedua-duanya. Solusi
cairan kristaloid adalah larutan mengandung ion dengan berat molekul rendah
(garam) dengan atau tanpa glukosa, sedangkan cairan koloid berisi ion dengan
berat molekul tinggi seperti protein atau glukosa. Cairan koloid menjaga
tekanan onkotik koloid plasma dan mengisi intravaskular, sedangkan cairan
kristaloid dengan cepat didistribusikan keseluruh ruang cairan ekstraselular
(interstisial).8,13
Ada kontroversi mengenai
penggunaan cairan koloid dan kristaloid. Para ahli mengatakan bahwa koloid
dapat menjaga tekanan onkotik plasma, koloid lebih efektif dalam mengembalikan
volume intravaskular dan curah jantung. Ahli yang lain mengatakan bahwa
pemberian cairan kristaloid efektif bila diberikan dalam jumlah yang cukup.
Beberapa pernyataan dibawah ini yang mendukung :
1.
Kristaloid, jika diberikan dalam
jumlah cukup sama efektifnya dengan koloid dalam mengembalikan volume
intravaskular.
Mengembalikan defisit volume intravaskular
dengan kristaloid biasanya memerlukan 3-4 kali dari jumlah cairan jika
menggunakan koloid.
Kebanyakan pasien yang mengalami
pembedahan mengalami defisit cairan extraseluler melebihi defisit cairan
intravaskular.
Defisit cairan intravaskular yang
berat dapat dikoreksi dengan cepat dengan menggunakan cairan koloid.
Pemberian cairan kristaloid dalam
jumlah besar (> 4-5 L) dapat menimbulkan edema jaringan.
Universitas Sumatera Utara
2.11 Hetastarch
Hetastarch
adalah koloid sintetik yang tersedia sebagai cairan 6% dalam saline isotonik.
Hetastarch berisi molekul amilopektin yang bervariasi dalam ukuran beberapa
ratus hingga satu juta Dalton lebih. Berat molekul rata-rata dari molekulnya
setara dengan albumin 5%. Hetastarch sangat efektif sebagai plasma expander dan
lebih murah dibandingkan dengan albumin. Lebih jauh, hetastarch bersifat non
antigenik dan reaksi anafilaksisnya jarang terjadi tetapi pruritus pernah
dijumpai pada beberapa kasus. 20
2.11.1 Fitur
Hetastarch sedikit lebih kuat dari
albumin 5% sebagai koloid. Memiliki COP lebih tinggi dari albumin 5% dan
menyebabkan ekspansi volume plasma yang lebih besar (sampai 30% lebih besar
dari volume infus). Ini juga memiliki waktu paruh eliminasi yang panjang (17
hari), tetapi hal ini menyesatkan karena efek onkotik hetastarch hilang dalam
waktu 24 jam.20
2.11.2. Kekurangan
Molekul hetastarch terus
dihancurkan oleh enzim amilase dalam aliran darah sebelum dibersihkan ginjal.
Kadar serum amilase sering meningkat (2 sampai 3 kali di atas normal) selama
beberapa hari pertama setelah infus hetastarch, dan kembali normal pada hari
ke-5 sampai hari ke-7 setelah pemberiannya. Reaksi anafilaksis untuk hetastarch
yang jelas jarang terjadi (insiden terendah 0,0004%). Uji laboratorium
koagulopati dapat terjadi tetapi tidak disertai dengan perdarahan.20
2.12
Spinal Anestesi
Disebut
juga spinal analgesia atau subarachnoid nerve block, terjadi karena
deposit obat anestesi lokal di dalam ruangan subarachnoid. Terjadi blok saraf
yang reversibel pada radix anterior dan posterior, radix ganglion posterior
dan sebagian medula spinalis yang akan menyebabkan hilangnya aktivitas
sensoris, motoris dan otonom.6,14
Berbagai
fungsi yang dibawa saraf-saraf medula spinalis misalnya temperatur, sakit,
aktivitas otonom, rabaan, tekanan, lokalisasi rabaan, fungsi motoris dan
proprioseptif. Secara umum fungsi-fungsi tersebut dibawa oleh serabut saraf
yang berbeda dalam ketahanannya terhadap obat anestesi lokal. Oleh sebab itu
ada obat anestesi lokal yang lebih mempengaruhi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Semua sel dan
jaringan tubuh mausia terendam dalam cairan yang komposisinya mirip dengan air
laut, yang mencerminkan awal evolusi manusia. Agar fungsi sel berlangsung
normal komposisi cairan harus relatif konstan. Komposisi cairan tersebut
terdiri dari air dan zat terlarut baik yang termasuk elektrolit ataupun yang
non elektrolit dimana keduanya saling berhubungan dan saling menyeimbangkan.
Cairan
dalam tubuh manusia terbagi manjadi cairan intraselular dan ekstraselular, dan
cairan ekstraselular dibagi menjadi cairan interstisial dan intravaskular.
Semua pembagian ini pada prinsipnya saling menyeimbangkan. Jika tubuh melewati
batas kompensasinya maka diperlukan sejumlah besar cairan intravena untuk
mengkoreksi kekurangan cairan. Jika kompensasi ini tidak terjadi atau tidak
adanya penanganan yang adekuat maka akan berdampak perfusi ke jaringan akan
terganggu bahkan akan mengakibatkan kematian jaringan.
2.1 Molaritas, Molalitas, dan Ekuivalen
Satu mol menyatakan
berat molekul yang dinyatakan dalam gram. Satu milimol 1/1000 dari 1 mol, atau
beratnya dinyatakan dalam miligram. Molaritas adalah jumlah mol dari zat
terlarut perliter larutan. Molalitas menyatakan mol dari zat terlarut per
kilogram pelarut. Ekuivalensi biasanya digunakan pada zat yang mengandung ion.
Jumlah ekuivalen dari sebuah ion dalam larutan adalah jumlah mol dikalikan
dengan muatannya (valensi).6,9
2.2 Osmolaritas, Osmolalitas, dan Tonisitas
Osmosis adalah proses
pergerakan dari air yang melewati membran semipermeabel yang disebabakan oleh
perbedaan konsentrasi. Proses pergerakan air ini dari yang konsentrasi rendah
ke konsentrasi tinggi. Tekanan osmotik adalah daya dorong air yang dihasilkan
oleh partikel-partikel zat terlarut didalamnya. Tekanan osmotik tergantung dari
jumlah zat yang tak terlarut didalamnya. Satu osmol sama dengan satu mol pada
zat yang tidak dapat dipisahkan. Perbedaan 1 mili osmol per liter antara dua
larutan menghasilkan tekanan osmotik sebesar 19,3 mmHg. Osmolaritas dari larutan
adalah sama dengan jumlah osmol per
Universitas Sumatera Utara
liter larutan,
dimana osmolalitas sama dengan jumlah osmol per kilogram pelarut.Tonisitas
adalah istilah yang sering dipertukarkan dengan osmolaritas dan osmolalitas.
Sebenarnya, tonisitas menggambarkan efek dari larutan terhadap volume sel.
Larutan isotonik tidak mempunyai efek terhadap volume sel, sedangkan larutan
hipotonik dan hipertonik akan meningkatkan dan menurunkan volume sel.6,9
2.3
Distribusi cairan tubuh
Komponen
terbesar tunggal dari tubuh adalah air. Air bersifat pelarut bagi semua yang
terlarut. Air tubuh total atau total body water (TBW) adalah persentase
dari berat air dibandingkan dengan berat badan total, bervariasi menurut
kelamin, umur, dan kandungan lemak tubuh. Air membentuk sekitar 60% dari berat
seorang pria dan sekitar 50% dari berat badan wanita.1 Berikut ini
adalah tabel persentase air (TBW) berdasarkan umur;
Tabel
2.3.1 Air tubuh total dalam presentase berat badan Bayi
baru lahir
|
75%
|
Dewasa
|
Pria (20-40 tahun)
|
60%
|
Wanita (20-40 tahun)
Usia lanjut (60+ tahun)
|
50%
45-50%
|